“Al-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan al-Jama‘ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi SAW pada masa Khulafaur Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada mereka semua).” (Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal. 80)
Keutamaan Ahlussunnah Wal-jama’ah
“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjaga kebersamaan).” (HR. al-Tirmidzi (2091), dan al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-Dzahabi).
Ciri-Ciri Ahlussunnah Wal-jama’ah
Hendaklah diketahui bahwa Ahlussunnah adalah mayoritas umat Muhammad SAW. Mereka adalah para sahabat dan golongan yang mengikuti mereka dalam prinsip-prinsip akidah. . . Sedangkan al-jama’ah adalah mayoritas terbesar (al-sawad al-a’zham) kaum Muslimin. (Syaikh Abdullah al-Harari (1328-1429 H/1910-2008 M), Izhhar al-‘Aqidah al-Sunniyyah bi-Syarh al-‘Aqidah al-Thahawiyyah, (Beirut: Dar al-Masyari’, 1997), hlm. 14-15.)
Dari Anas bin Malik RA, berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.“ (HR. Ibn Majah (3950), Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin (2069). Al-Hafizh al-Suyuthi menilainya shahih dalam al-Jami’ al-Shaghir (1/88).)
Ditulis oleh Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I., Koordinator Bidang Dakwah Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur