Wahabi Menuduh Maulid Nabi dan Barzanji, Santri NU Menjawab

211 Dilihat
banner 336x280

Dengan berpedoman pada “Setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” [Shahîh: HR. an-Nasâ-i (III/189)].

Wahabi menuduh bid’ah-bid’ah semacam Maulid Nabi dan Barzanji. Timbul kesan bahwa Allah Azza wa Jalla belum menyempurnakan agama, sehingga perlu dibuat ibadah lain untuk menyempurnakannya. Juga menimbulkan kesan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum tuntas menyampaikan agama ini kepada umatnya sehingga kalangan ahli bid’ah merasa perlu menciptakan hal baru dalam agama ini. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan agama dan nikmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

banner 468x60

Hari lahir Nabi Muhammad SAW memiliki keisimewaan sendiri bagi umat Islam. Pada hari kelahiran ini, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakannya dengan berbagai macam acara yang pada intinya mengingat kembali perjuangan dan suri teladan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

“Barang siapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya tersebut, dan ia juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka sedikitpun.” (HR.Muslim dalam kitab Shahihnya)

Menurut Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam Al-Hawi lil Fatawa, perayaan maulid Nabi SAW besar-besaran dilakukan pertama kali oleh Raja Mudzafar, penguasa wilayah Irbil. Ia seorang raja pemberani, pahlawan, alim, dermawan, dan adil. Sampai sekarang tradisi baik ini terus berlanjut dan tetap dipertahankan oleh sebagian besar umat Islam, khususnya Indonesia.

Syekh Jalaluddin al-Suyuthi pernah ditanya terkait hukum perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam kitabnya Al-Hawi lil Fatawa dijelaskan:

“Menurut saya, hukum pelaksanaan maulid Nabi, yang mana pada hari itu masyarakat berkumpul, membaca Al-Qur’an, dan membaca kisah Nabi SAW pada permulaan perintah Nabi SAW serta perisiwa yang terjadi pada saat beliau dilahirkan, kemudian mereka menikmati hidangan yang disajikan dan kembali pulang ke rumah masing-masing tanpa ada tambahan lainnya, adalah bid’ah hasanah. Diberi pahala orang yang memperingatinya karena bertujuan untuk mengangungkan Nabi SAW serta menunjukkan kebahagiaan atas kelahiran Beliau.”

Sebab itu, perayaan maulid tidak tepat dikatakan bid’ah sayyi’ah (bid’ah tercela), sebab tidak ada unsur maksiat sedikitpun dalam pelaksaannya. Hampir semua aktivitas yang terdapat dalam peringatan maulid Nabi SAW memiliki landasan syariatnya. Tidak ada satupun ulama yang mengatakan baca Al-Qur’an, mendengar ceramah keagamaan, membaca kisah perjalanan Rasulullah SAW, dan berbagi makanan itu adalah bid’ah dan haram dilakukan. Ulama sepakat aktivitas di dalam peringatan maulid tidak mengandung satu kemunkaran pun.

Seluruh aktivitas yang terdapat di dalam maulid Nabi SAW tidak bertentangan dengan syariat. Sebab itu, Syekh Jalaluddin As-Suyuthi berpendapat bahwa orang yang memperingati maulid Nabi SAW diberi pahala oleh Allah SWT, karena Syekh Jalaluddin melihat kandungan positif dari peringatan tersebut.

Mengagungkan maulid (Nabi Muhammad) dan melakukannya rutin (setiap tahun), yang kadang dilakukan oleh sebagian orang. Dan baginya dalam merayakan maulid tersebut, pahala yang agung/besar karena tujuan yang baik dan mengagungkan Rasulullah SAW. dan keluarga beliau. Sebagaimana yang telah aku sampaikan padamu. (Syaikh Ibn Taimiyah, Iqtidla’u al-Shirati al-Musaqim, Mukholafatu Ashhabi al-Jahim: 297)

Imam Subkhi dan para pengikutnya juga menganggab baik peringatan maulid dan berkumpulnya manusia untuk merayakannya. Imam Abu Syammah Syaikh al-Nawawi mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan kebaikan seperti hal-hal baik yang terjadi di zaman kami yang dilakukan oleh masyarakat umum di hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. diantarnya sedekah, berbuat baik, memperlihatkan hiasan dan kebahagiaan. Maka sesungguhnya dalam hari tersebut beliau menganjurkan agar umat muslim berbuat baik kepada para fakir sebagai syiar kecintaan terhadap baginda Rasul. mengangungkan beliau, dan sebagai ungkapan rasa syukur.

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam karyanya Kitab Ni’mah Al-Kubra ‘Ala Al-‘Alam Bi Maulid Sayyid Walad Ibn Adam hal. 5-6 sudah cukup sebagai landasan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sayyidina Abubakar Shiddiq berkata : (Barangsiapa yang berinfaq satu dirham untuk membaca (kisah) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya orang tersebut kawan karibku didalam Surga)

Sayyidina ‘Umar bin Khaththab berkata : (Barangsiapa yang membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka sungguh orang tersebut telah menghidupkan agama Islam)

Sayyidina ‘Utsman bin ‘Afan : »Barangsiapa yang berinfaq satu dirham untuk membaca (kisah) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka seakan-akan orang tersebut telah syahid pada perang Badar dan perang Hunain«

Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib berkata : »Barangsiapa yang membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang tersebut menjadi penyebab terhadap bacaan kisah Maulid niscaya orang tersebut tidak keluar dari dunia ini kecuali bersama iman dan masuk surga dengan tiada hisab«

Imam Hasan Bashri: »Aku berkeinginan jika aku memiliki emas sebesar gunung Uhud maka akan aku infaqkan untuk membaca kisah Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam «

Syaikh Junaidi Al-Baghdadi berkata : »Barangsiapa yang hadir pada acara Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan membesarkan (mengagungkan) kemuliaannya maka sungguh kemenanganlah ia dengan iman«

Syaikh Ma’ruf Al-Kurkhiy berkata : »Barangsiapa yang mempersiapkan makanan untuk pembacaan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru dan wangi-wangian karena membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya Allah mengumpulkan orang tersebut pada hari kiamat bersama golongan yang pertama dari para Nabi-Nabi, dan orang tersebut berada pada setinggi-tinggi tempat yang tinggi «

Imam Fakhruddin Ar-Raziy berkata : »Tiada seseorang yang membacakan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atas yang asin atau gandum atau sesuatu yang lain dari yang bisa dimakan kecuali nyata padanya keberkatan. Dan pada segala sesuatu yang sampai makanan tersebut kepadanya maka sesungguhnya makanan tersebut bergoncang dan tiada tetap sehingga Allah mengampuni dosa orang-orang yang makan makanan tersebut. Dan jika dibacakan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atas air maka siapa yang minum air tersebut niscaya telah masuk dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat Allah, keluar daripadanya seribu dendam dan dengki. Dan tiada mati hatinya pada hari yang akan mati semua hati. Dan barangsiapa yang membaca Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atas dirham yang ditempa/cetak perak ataupun emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lain niscaya jatuh pula berkat pada yang lainnya, dan pemiliknya tiada faqir dan tiada bertangan hampa dengan berkat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam «

Imam Syaf’i berkata : »Barangsiapa yang mengumpulkan saudara-saudaranya untuk Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan mempersiapkan makanan, menghiasi tempat, melakukan yang baik, dan jadilah ia sebagai penyebab pembacaan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya Allah membangkitkannya pada hari kiamat bersama orang-orang Shiddiq, orang Syahid dam orang Shalih. Dan adalah orang tersebut dalam surga yang penuh nikmat «

Syaikh As-Sirriy Saqathiy berkata : »Barangsiapa yang menuju suatu tempat yang padanya dibacakan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka sungguh ia menuju satu kebun dari kebun-kebun surga, karena sesungguhnya tiada seseorang yang menuju tempat tersebut kecuali karena kecintaannya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dan sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : Barangsiapa yang mencintaiku adalah ia bersamaku didalam surga«

Sulthan ‘Arifn Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman As-Suyuthi dalam kitab Beliau yang diberi nama Al-Wasaail Fi Syarhi Asy-Syamaail berkata : »Tiada dari suatu rumah atau mesjid atau perkemahan yang dibacakan padanya Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali mengelilingi rumah, mesjid dan kemah tersebut oleh malaikat, dan malaikat meminta ampunan dosa terhadap penghuni tempat tersebut, dan Allah meliputi mereka dengan rahmat dan keredhaan-Nya. Dan adapun Yang Dikelilingi Dengan Cahaya yakni Jibril, Mikail, Israfl dan ‘Izrail ‘alaihimussalam meminta ampunan dosa terhadap orang-orang yang menjadi penyebab bagi pembacaan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam«. Dan Beliau juga berkata : »Tiada dari seorang Islam yang dibacakan pada rumahnya Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat kemarau, wabak, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut.

Jika orang tersebut meninggal dunia niscaya Allah memudahkan baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar disisi Tuhan yang maha memiliki lagi kuasa. Barangsiapa yang berkehendak membesarkan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya cukuplah baginya ini ketentuan. Dan barangsiapa yang tiada disisinya membesarkan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam walaupun dipenuhkan pujian baginya didunia ini niscaya tiada bergerak hatinya untuk mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” (Dinukilkan dari kitab : Ni’mah Al-Kubro ‘Ala Al-‘Alam Fi Maulid Sayyid Walad Adam [Nikmat Yang Besar Atas Alam Pada Kelahiran Penghulu Keturunan Adam] – hal. 5-6 karangan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syaf’i)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa akan ada kemuliaan dan pahala yang besar bagi yang mengadakan dan membantu pelaksanaan maulid Nabi Muhammad SAW.

Wallahu a’lam

Galeri untuk Wahabi Menuduh Maulid Nabi dan Barzanji, Santri NU Menjawab

banner 336x280
Gambar Gravatar
Peneliti Aswaja NU Center Kota Blitar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *