- Memandikan Jenazah
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ تُوُفِّيَتْ إِحْدَى بَنَاتِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَأَتَانَا النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ اغْسِلْنَهَا بِالسِّدْرِ وِتْرًا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ وَاجْعَلْنَ فِى الآخِرَةِ كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ (رواه البخارى)
Diriwayatkan dari Ummi Athiyah bahwa ketika salah satu putri Rasulullah wafat; lalu Rasulullah mendatangi kami dan bersabda: ”Mandikanlah dengan daun widara secara ganjil, 3 kali, 5 kali atau lebih. Campurkan sedikit kapur di bagian akhir basuhan” (HR al-Bukhari)
Memandikan jenazah dianjurkan dengan perlahan-lahan, namun ketika bagian membersihkan perut dianjurkan untuk ditekan agar kotoran keluar semua, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Ibnu Umar:
وَالْمُسَتْحَبُّ أَنْ يُجْلِسَهُ اِجْلَاسًا رَفِيْقًا وَيَمْسَحَ بَطْنَهُ مَسْحًا بَلِيْغًا لِمَا رَوَى الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ تُوُفِّىَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَغَسَلَهُ ابْنُ عُمَرَ فَنَفَضَهُ نَفْضًا شَدِيْدًا وَعَصَرَهُ عَصْرًا شَدِيْدًا ثُمَّ غَسَلَهُ (المجموع – ج 5 / ص 168)
“Disunahkan mendudukkan mayit perlahan, lalu mengusap perutnya dengan keras, sebagaimana riwayat Qasim bin Muhammad, ia berkata: Ketika Abdullah bin Abdurrahman meninggal maka Abdullah bin Umar memandikannya. Ia menekan perutnya dengan keras lalu membasuhnya” (Imam al-Nawawi, al-Majmu’ 5/168)
- Adakah Wudlu’ Mayit?
Satu hal lagi yang dianjurkan, yakni membasuh anggota wudlu’ dari tubuh mayit:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رضى الله عنها قَالَتْ لَمَّا غَسَّلْنَا بِنْتَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لَنَا وَنَحْنُ نَغْسِلُهَا ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوءِ (رواه البخارى)
“Ummi Athiyah berkata: “Ketika kami memandikan putri Rasulullah, maka Rasulullah bersabda: “Dahulukanlah anggota tubuh yang kanan dan anggota tubuh dalam wudlu” (HR al-Bukhari dari Ummi Athiyah)